Daftar Raja Muna

Raja-Raja Muna

  1. La Eli alias Baidhuldhamani Gelar Bheteno Ne Tombula,alias Remang Rilangiq (Menjadi Raja Luwuk Purba sebagai Soloweta Raja = Raja Pengganti di Kerajaan Luwuk Purba Menggantikan Sawerigading (1371 – 1395).
  2. La Patola/ La Aka / Kaghua Bangkano Fotu Gelar Sugi Patola ( 1395 – 1420).
  3. La Mbona Gelar Sugi Ambona ( 1420 – 1455)
  4. La Patani gelar Sugi Patani ( 1455 – 1470)
  5. Sugi La Ende (1470-1501)
  6. Sugi Manuru gelar Omputo Mepasokino Adhati( 1501-1517)
  7. Lakilaponto Alias Murhum di Buton atau La Tolalaka di Kendari ( 1517 -1520), Menjadi Sultan Buton I dengan nama Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis (1520-1564)
  8. La Posasu gelar Kobangkuduno ( 1520-1551).
  9. Rampeisomba gelar Karawawono ( 1551-1600).
  10. Titakono ( 1600- 1625 )
  11. La Ode Sa’adudin ( 1625-1626 )
  12. La Ode Ngkadiri gelar Sangia Kaindea ( 1626-1667)
  13. Wa Ode Wakelu ( 1667-1668).
  14. La Ode Muh. Idris. (Soloweta Raja 1668-1671).
  15. La Ode Abd. Rahman gelar Sangia Latugho ( 1671-1716 )
  16. La Ode Husaini gelar Omputo Sangia ( 1716-1758, 1764-1767)
  17. La Ode Pontimasa Kapitalao Wolowa di Buton(Soloweta Raja)( 40 hari )
  18. La Ode Kentu Koda gelar Omputo Kantolalo (1758-1764 )
  19. La Ode Umara gelar Omputo Nigege
  20. La Ode Mursali gelar Sangia Gola
  21. La Ode Tumowu Kapitalao Lakologou di Buton (Soloweta Raja)
  22. La Ode Ngkumabusi (Soloweta Raja)
  23. La Ode Sumaeli gelar Omputo Nisombo
  24. La Ode Saete gelar Omputo Sorano Masigi ( 1816-1830 )
  25. La Ode Malei (Soloweta Raja)
  26. La Ode Bulae gelar Sangia Laghada (1830-1861 )
  27. La Ode Ngkada, kapitalao Lohia merebut kekuasaan dari La Ode Bulae (1861-1861)
  28. La Ode Ali gelar Sangia Rahia ( Soloweta Raja 1861-1864 )
  29. La Aka Alias Yaro Kapala (Bhonto Balano / Perdana Mentri Merangkap Raja Wuna 1864-1866)
  30. La Ode Ngkaili, kemenakan Raja La Ode Ngkada (1866-1906)
  31. La Ode Ahmad Maktubu gelar Omputo Milano we Kaleleha (1906 – 1914)
  32. La Ode Pulu (1914-1919)
  33. La Ode Safiu gelar Oputa Motembana Karoona / Oputa Moilana Yi Waara ( 1919-1922), Sultan Buton ke 36 (1922-1924)
  34. La Ode Rere gelar Omputo Aro Wuna (1926-1928 )

Perselisihan

Di bawah pemerintahan La Ode Bulai terjadi perang dengan kapitalao Lohia La Ode Ngkada untuk merebut jabatan lakina Muna. Perang itu berlangsung sampai kedatangan pemerintah Belanda di Muna. Pada tahun 1907 perang ini diakhiri dengan ancaman senjata Belanda. Sejarah berikut dapat juga dibaca dalam laporan serah terima (memorie van overgave) penguasa militer Gortmans dari tahun 1923. Namun, apa yang dikemukakan di sana tidak lengkap dan dalam beberapa hal berbeda juga dengan yang diceritakan kepada saya dan saya tuliskan di sini.

Pada tahun 1861 La Ode Ngkada melawan La Ode Bulai dan mendapat dukungan dari para La Ode yang berdiam di kota Muna. Dengan demikian ia memperoleh kekuasaan. Mula-mula La Ode Bulai bertahan, tetapi akhirnya ia harus lari. Bhonto bhalano pada waktu itu, yang bemama La Aka (putranya adalah La Ede, seorang informan saya) pergi kepada Sultan Buton melapor kepadanya bahwa La Ode Bulai lari ke Buton, telah menetap di kampung Lasongko, dan La Ode Ngkada hendak menangkapnya di sana. Sultan lalu memberi surat kepada La Aka untuk diteruskan kepada La Ode Ngkada, yang isinya menyatakan bahwa menurut Sultan tidak perlu mengejar La Ode Bulai lebih jauh dan mengusirnya dari Muna. Karena La Ode Bulai bukanlah seorang asing yang mengganggu, bukan orang dari Ternate ataupun orang dari Laiwui.

La Ode Ngkada tidak mau menerima pesan ini karena Sultan tidak ada sangkut pautnya dengan perang ini sehingga suratnya dikirim kembali. Lalu Sultan mengirim berita kedua kepada La Ode Ngkada, yang isinya begini: waktu Murhum menjadi lakina Wolio, dibuat perjanjian antara Murhum dengan penggantinya, yaitu adiknya La Pusaso, bahwa mereka dan pengganti-penggantinya kelak akan saling menolong dalam waktu kesusahan. Berdasarkan perjanjian itu, Sultan berpendapat berhak campur tangan dalam perang ini. Ia akan mengirim utusan sebagai penengah antara La Ode Bulai dengan La Ode Ngkada. Namun La Ode Ngkada tetap berpegang pada jawabannya semula. Kemudian Sultan memberitahu kepada La Ode Ngkada dan La Ode Bulai bahwa beliau tetap akan mengirim utusan penengah dan siapa saja yang akan menolak keputusan utusan itu akan dianggap musuh Buton. La Ode Ngkada menampik lagi campur tangan Sultan, tetapi karena tidak mau berperang dengan Buton, dia mengundurkan diri ke Laiwui. Sebagai kapitalao Lohia ia digantikan oleh La Ode Tau.

La Ode Bulai, yang telah lari dari negerinya, tidak lagi dianggap pantas untuk menjadi lakina Muna dan diturunkan dari jabatannya oleh Syarat Muna. Karena tidak terdapat pengganti yang sepantasnya, maka Syarat Muna mohon restu dan persetujuan Sultan Buton untuk diangkatnya sebagai lakina Muna seorang kapitalao Buton, yaitu La Ode Ali, putra seorang Arab bemama Said Mantobua dan cucu Sultan La Jampi-jampi. Sultan menyetujuinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL SUKU MUNA

STRATEGIC MANAGEMENT (Wheelen and Hunger)