TULISAN TENTANG CINTA & PERSAHABATAN
LA ODE RAHMAT PUTRA RUSTAMAN
NPM: 54412151
KELAS: 1IA03
TULISAN TENTANG
"CINTA & PERSAHABATAN"
Pengantar
Dalam
kehidupan bersama cinta dan persahabatan sangat penting dan selalu berkaitan
satu terhadap yang lain. Relasi keduanya menyertai hidup manusia. Relasi ini
selalu memiliki dua aspek. Pertama, relasi itu saling menguat artinya
saling melengkapi, membangun dalam kehidupan bersama. Kedua, relasi itu
diwarnai dengan suatu sikap yang dangkal. Dalam relasi ini tidak ada saling
menguat atau tidak ada hubungan timbal balik, yang ada hanya mencari keuntungan
sepihak yang disertai dengan kecurigaan, kekerasan dan pemaksaan kehendak
bahkan saling membunuh satu terhadap yang lain. Relasi ini tidak akan dibahas
dalam tulisan ini.
Tulisan
ini menyajikan satu model persahabatan dan cinta yang sejati yang mewarnai
setiap manusia beriman (paramurid Kristus), serta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari yang membawa setiap insan beriman untuk memahami arti persahabatan
dan cinta sejati. Apabila dalam keseharian, relasi ini dihidupi maka relasi itu
akan menghidupkan, indah dan akhirnya mampu menata kehidupan bersama.
Cinta
Dalam
masyarakat banyak orang yang berkurban kepada orang lain ha-nya karena cinta
terhadapnya. Bahkan orang mati demi cinta itu. Tulisan ini membahas secara
gamblang arti cinta itu dalam beberapa aspek mendasar yang sering dialami oleh
manusia.
Pertama, cinta
itu menerima setiap orang apa adanya. Setiap orang adalah unik artinya punya
kekhasannya sendiri yakni memiliki beberapa perbedaan dan kemiripan, tetapi
juga ada kesamaan untuk saling melengkapi. Jika setiap orang memahami dengan
baik perbedaan tersebut maka relasi itu akan menjadi sangat berkembang. Relasi
cinta diandaikan perlu saling belajar untuk mengakui kebaikan, kekurangan yang
dimiliki seseorang. Dalam konteks hidup bersama justru saling menguat bila
menerima dan mengakui keunikan tersebut.
Kedua, cinta
itu berkurban. Artinya merelakan segalanya untuk orang yang dicintai. Seseorang
yang saling mencintai akan berkurban untuk kepentingan atau kebaikan orang yang
dicintainya. Ia menyediakan waktu, tenaga bahkan pengetahuan yang dimiliki
untuk orang yang dicintainya. Salah satu contoh, Seorang ayah akan mengurbankan
waktu, tenaga, untuk bekerja demi kelangsungan hidup keluarganya. Dia melakukan
atas dasar cinta, rasa tanggung jawab, dengan hati yang tulus tanpa paksaan
pihak manapun. Dia berkurban semata-mata karena mencintai anak dan istrinya.
Apabila dilakukan dalam, demi dan karena cinta maka pekerjaan seberat apapun
akan dijalankan dengan senang hati, dedikasi yang tinggi. Seperti Kristus yang
mengorbankan hidup-Nya untuk orang yang dicintainya. Dia menghabiskan hidup-Nya
agar manusia memperoleh kehidupan. Apakah para pengikut Kristus menyediakan
waktu dan tenaga untuk orang lain? Pernahkah mendoakan orang-orang yang sedang
menderita sakit, kelaparan bahkan mendoakan musuh sekalipun? Bagi para
religius, sudahkah menyediakan waktu dan tenaga untuk melayani dan membantu
orang yang kehilangan iman, yang sedang mencari Allah? Pernahkah berpikir untuk
membawa mereka kembali pada Tuhan? Cinta yang berkurban justru berusaha untuk
mengangkat orang lain dan membawa mereka pada kebaikan.
Ketiga, cinta
itu memberikan diri secara total, artinya hidup seluruhnya kepada orang yang
dicintai. Manakala seseorang memiliki cinta yang tidak total atau menyeluruh
dan setengah-setengah maka cinta itu akan dilunturkan oleh tantangan, godaan
dan pengaruh dari pihak manapun. Akan tetapi sebaliknya, manakala cinta itu
total akan membahagiakan dan menguntungkan. Cinta semacam ini tidak
memperhitungkan kepentingan dirinya, yang penting orang yang dicintai selamat.
Bukti yang sangatnyata adalah Tuhan Yesus. Dia memberikan diri sepenuhnya untuk
menyelamatkan manusia. Tanpa ada jasa sedikitpun dari manusia, tanpa
memperhitungkan apakah manusia itu baik atau tidak. Yesus rela menderita
sengsara, disiksa dengan keji sampai wafat di salib semuanya itu karena
mencintai manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16)
Cinta Allah yang tidak terbatas terhadap manusia ciptaan-Nya terbukti dalam
diri Tuhan Yesus. Seandainya Yesus tidak mati maka manusia akan mengalami
kematian kekal. Konsekuensinya sangat besar yakni soal hidup dan mati.
Hendaklah
setiap orang Kristen mestinya bersyukur atas kasih Allah yang luar biasa
dahsyat ini. Selayaknya setiap saat orang Kristen belajar bersyukur dan terus
meneladani cinta Yesus yang total terhadap sesama. Belajar untuk hidup tidak
hanya untuk memikirkan kepentingan pribadi, tetapi lebih dari itu, belajar juga
untuk hidup bagi kepentingan orang lain. Semuanya atas dasar cinta.
Contoh;
Kaum religius yang membaktikan diri secara khusus pada Yesus. Mereka yakin
bahwa rahmat Allah yang menyebabkan mereka mencintai Yesus secara total. Hidup
dibaktikan kepada Yesus. Penghayatan atas cara hidup ini lahir dari cinta yang
bebas dan total maka penghayatan selanjutnya akan nampak dalam pelayanan mereka
kepada umat. Jika kita melayani atas dasar cinta yang total maka akan membawa
umat untuk lebih dekat pada Tuhan. Sebaliknya apabila pelayanan itu tidak total
maka tidak membuahkan hasil. Menarik kalau menyimak kehidupan pastor dari Ars
(St. Yohanes Maria Vianney). Dia adalah orang yang sangat sederhana, kemampuan
intelektual tidak menonjol, tetapi ia memiliki cinta yang total kepada Yesus.
Dan sangat mengagumkan karya pelayanannya membawa banyak orang untuk bertobat
dan memiliki cinta yang mendalam terhadap Yesus.
Persahabatan
Relasi
persahabatan hampir dialami oleh setiap orang. Persahabatan itu sangat beragam
ungkapannya tergantung pada perspektif setiap orang. Namun kalau dicermati
dengan baik persahabatan bukan sekedar relasi saya dan kamu, tetapi
persahabatan itu mempunyai perspektif yang universal. Persahabatan merupakan
relasi antara pribadi yang sungguh-sungguh mengenal orang yang kita hadapi.
Pengenalan yang dimaksud bukan hanya sebatas mengenal secara lahiriah, tetapi
yang lebih penting adalah mengenal seseorang dari kedalaman hati yang terdalam.
Relasi itu memuat ketulusan dan kejujuran, kesetiaan dalam segala hal terutama
dikala menghadapi persoalan dalam persahabatan tersebut. Persahabatan sejati
justru teruji dalam menghadapi tantangan yang berat.
Relasi
itu diandaikan mengenal dengan baik kelemahan atau kekurangan yang dimiliki
seseorang. Menyadari bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna dalam hidup
ini.Jika demikian maka lahirlah sikap saling pengertian. Dalam ulasan singkat
ini penulis mencoba menampilkan beberapa pengertian yang mungkin membantu
setiap pembaca sebagai suatu acuan dalam menjalin persahabatan yang baik.
Pertama,
persahabatan itu menyambut siapa saja. Artinya menerima siapa saja yang datang
atau yang kita jumpai. Bahkan menyambut orang yang tidak kenal dengan hati yang
iklas dan bersikap positif serta menghindari prasangka burukterhadapnya. Ketika
Sri Paus berbicara dihadapan ribuan kaum muda Muslim, Sri Paus tidak mewartakan
Injil saat itu, tetapi dia tampil sebagai sosok yang mengedepankan
persaudaraan, bahwa kita semua apa pun agama dan sukunya kita lahir dari satu
keturunan yakni anak-anak Abraham. Jika demikian selayaknya kita hidup dalam
kesatuan dan kedamaian. Mereka menyambut kehadiran Sri Paus sebagai figur
pemersatu. Dan Sri Paus menyambut siapa saja yang ingin berdialog atau yang
ingin mendengarkan dia.
Kedua,
persahabatan itu bercahaya didepan orang lain. Orang yang bersahabat
memancarkan sinar terang pada wajahnya, ekspresi yang gembira, sukacita. Terang
juga bisa diartikan penuntun dikala orang lain mengalami kesulitan, kegelapan
hidup dan kebingungan atas persoalan. Terang juga berarti membawa pengetahuan
baru, berguna bagi orang lain. Ekspresi yang ceria, sukacita dan kegembiraan
bukan yang bermalasan. Lebih dari itu membawa terang bagi orang yang tersesat
dan kehilangan arah hidup.
Ketiga,
persahabatan itu memesona. Memesona bukan hanya soal penampilan, tetapi
kehadiran seorang pribadi yang matang. Kehadiran pribadi yang sungguh-sungguh
baik dan menarik semua orang karena kebaikan yang terpancar lewat sikap dan
tindakannya. Sikap yang tidak berubah dalam kelembutan, keramahan yang tulus
dan senyum yang iklas. Singkatnya, segala sikap dan perbuatan kita yang baik,
membawa berkat bagi orang lain. Misalnya, kehidupan seseorang yang selalu
menolong orang lain dan rela membantu dalam kesulitan. Juga perbuatan
konsisten, tegas dan gigih dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Segala
kebaikan itu menggugah hati banyak orang yang meneladani perbuatannya.
Singkatnya
kebaikan, keramahan, tingkah langkah yang baik dan segala pelayanan yang tulus
dan ikhlas akan menarik orang untuk belajar dan mengikuti jejaknya. Salah satu
contoh aktual yakni Sri Paus Yohanes Paulus II (Almarhum). Dalam upacara
pemakamannya para tokoh agama dan beberapa pemimpin negara menghadiri upacara
tersebut, meskipun tidak menganut keyakinan yang sama. Mengapa mereka rela
hadir dalam upacara tersebut? Jawabannya adalah semangat kesatuan dan
persaudaraan universal yang sangat kental dalam diri Sri Paus. Mata seluruh
dunia tertuju kepadanya dan dunia berduka ketika mengenang segala kebaikan yang
dilakukannya.
Keempat,
persahabatan itu menyelamatkan dan menghidupkan. Persahabatan dalam arti ini
yakni kehadiran pribadi yang mampu membawa kebahagiaan bagi orang sekitar. Dia
sungguh menjadi andalan bagi orang lain. Misalnya, ketika orang berada dalam
bahaya banjir, dia hadir sebagai penolong, ketika orang berada dalam kelaparan
dia hadir untuk memberi makan, dan lain-lain. Persahabatan yang menyelamatkan
mampu menghubungkan kembali suatu kelompok yang sudah mulai terputus atau tidak
ada harapan untuk rukun membali. Kehadiran seorang sahabat mampu menyatukan
kembali, memberikan semangat serta memulihkan segala peristiwa yang terjadi.
Persahabatan itu juga menyegarkan iman yang sudah mulai layu, rontok atau gugur
karena ilah-ilah zaman. Hal yang lebih menarik adalah persahabatanYesus yang
mempunyai dampak positif bagi orang yang dijumpai-Nya. Dalam pelayanan
seringkali Yesus menyembuhkan orang yang sakit. Mempertobatkan orang-orang yang
berdosa seperti Maria Magdalena. Dan banyak hal lain yang dilakukan Yesus maka
teladan Yesus ini menjadi contoh sekaligus tugas bagi orang Kristen. “Kamu
adalah sahabat-Ku jikalau kamu melakukan perintah-perintah-Ku” (Yoh 15:14).
Dalam sabda ini sangatlah jelas bahwa yang menjadi sahabat-sahabat Yesus adalah
orang-orang yang sungguh-sungguh menjalankan perintah Tuhan. Mereka mengenal
Tuhan yang penuh kasih, yang menjaga, memelihara se-luruh hidup mereka.
Pengarang
buku-buku sahabat-sahabat Yesus mengisahkan dengan baik mengenai kehidupan para
kudus. Siapakah mereka itu? Mereka adalah orang yang sungguh-sungguh mencintai
Yesus dan menyerahkan diri seutuhnya kepada-Nya. Mereka sangat dekat dengan
Yesus dan orang-orang biasa seperti manusia umumnya. Mereka menjalankan persahabatan
dengan Yesus sambil membuka hati, setia dan tekun mere-nungkan firman Tuhan dan
dalam doa yang tidak kunjung henti. Mereka layak disebut sebagai
sahabat-sahabat Yesus.
Bagaimana
dengan kita?
Kita
juga akan menjadi sahabat-sahabat Yesus kalau kita hidup dalam iman, tekun
dalam merenungkan firman Tuhan, setia dalam doa dan mempraktikkan dalam hidup
yang nyata. Persahabtan itu menjadi indah, kuat dan menghasilkan buah yang
nyata jika dilakukan dalam Tuhan, karena ini yang berkenan pada-Nya. Meskipun
kita tidak diangkat menjadi kudus, tetapi memperoleh kebahagian dalam hidup dan
mengalami kehadiran Tuhan secara nyata dalam hidup.
Hubungan
Persahabatan dan Cinta
Cinta
merupakan dasar kekuatan dan tumpuan dari persahabatan yang sejati.
Persahabatan tidak bertahan karena tidak menghadirkan cinta. Karena itu cinta
dan persahabatan mempunyai relasi yang erat, tetapi dasarnya adalah cinta.
Kalau orang memiliki cinta yang total maka dalam persahabatanpun akan semakin
baik dan bertumbuh dengan baik. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada
kasih seorang yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabatnya”
(Yoh15:13). Yesus telah menunjukan suatu model persahabatan yang sejati.
Bersahabat berarti memberikan nyawa untuk sahabatnya.
Kesimpulan
Dalam mencintai
perlu suatu pengorbanan, sikap menerima dan memahami orang lain tidak hanya
aspek lahiriah saja, tetapi melihat secara menyeluruh. Apabila persahabatan
berdiri atas cinta yang sejati maka persahabtan itu akan menjadi lebih baik dan
pasti bertumbuh dalam kehidupan bersama. Cinta dan persahabatan sejati tidak
memandang perbedaan apa pun, tetapi menyatukan semua pihak yang ingin
bersahabat. Semuanya akan teruji dan terbukti ketika orang mulai berelasi
dengan sesamanya. Semakin besar cinta maka persahabatan itu semakin kuat dalam
kehidupan bersama.
Komentar
Posting Komentar